LAPORAN
TUTORIAL
Kelainan Kelenjar Saliva
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Tutorial
Blok Penyakit Dentomaksilofasial II
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
Pembimbing :
drg. Dyah Setyorini, M. Kes
Disusun oleh:
Kelompok Tutorial VI
FAKULTAS
KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS
JEMBER
2012
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK
Tutor :
drg. Dyah Setyorini, M. Kes
Ketua : Tiara
Fortuna Bela Binanda (111610101067)
Scriber Meja :
Dewi Martinda Hartono (111610101073)
Scriber Papan : Adinda Martina (111610101072)
Anggota :
1. Galang
Rikung Edi S. (111610101043)
2. R.Aj
Mahardhika S.P. (111610101049)
3. Vanda
Ayu Kartika H. (111610101050)
4.
Dian Fajariani (111610101061)
5. Anugerah
Nur Yuhyi (111610101063)
6. Fitria
Krisnawati (111610101064)
7. Sitti Nur Qomariah (111610101066)
8.
Khamda Rizki Dhamas (111610101069)
9.
Sheila
Dian Pradipta (111610101071)
10. Nurbaetty Rochmah (111610101074)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul ”Kelainan
Kelenjar Saliva”. Laporan ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok VI
pada skenario ketiga.
Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. drg. Dyah Setyorini, M. Kes selaku tutor yang telah membimbing jalannya diskusi tutorial
kelompok VI Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dan yang telah memberi
masukan yang membantu bagi pengembangan ilmu yang telah didapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan
ini.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan
dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan demi perbaikan – perbaikan di masa mendatang demi kesempurnaan laporan
ini. Semoga laporan ini dapat berguna bagi kita semua.
Jember, 20
September 2012
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Glandula saliva atau kelenjar saliva
merupakan organ yang terbentuk dari sel-sel khusus yang dapat mensekresi
saliva. Saliva adalah cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang terdiri
dari campuran sekresi dari kelenjar besar dan kelenjar kecil (mayor dan minor)
yang ada pada mukosa oral. Saliva sendiri memiliki fungsi yaitu melicinkan dan
membasahi rongga mulut sehingga membantu proses mengunyah dan menelan makanan,
membasahi dan melembutkan makanan menjadi bahan setengah cair ataupun cair
sehingga mudah ditelan dan dirasakan, membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa
makanan dan kuman, mempunyai aktivitas antibacterial dan sistem buffer, membantu
proses pencernaan makanan melalui aktivitas enzim ptyalin (amilase ludah) dan
lipase ludah, berpartisipasi dalam proses pembekuan dan penyembuhan luka karena
terdapat faktor pembekuan darah dan epidermal growth factor pada saliva, jumlah
sekresi air ludah dapat dipakai sebagai ukuran tentang keseimbangan air dalam
tubuh, dan membantu dalam berbicara (pelumasan pada pipi dan lidah). Atas dasar
pentingnya fungsi saliva tersebut, kelenjar saliva merupakan organ yang penting
dalam sekresi saliva. Apabila terjadi kelainan pada kelenjar saliva, akan
terjadi dampak yang dapat mengurangi fungsi saliva sehingga menyebabkan
berbagai masalah pada rongga mulut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi kelainan kelenjar saliva baik
neoplastik maupun non-neoplastik ?
2. Apa saja macam-macam kelainan kelenjar saliva
beserta etiologi, gambaran klinis, gambaran HPA, dan gambaran radiologinya ?
1.3 Tujuan
dan Manfaat
1. Mampu mengetahui definisi kelainan kelenjar saliva baik neoplastik maupun non
neoplastik.
2. Mampu macam-macam kelainan kelenjar saliva beserta etiologi, gambaran
klinis, gambaran HPA, dan gambaran radiologi yang dibagi berdasarkan neoplastik
dan non neoplastik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Glandula saliva atau kelenjar saliva
merupakan organ yang terbentuk dari sel-sel khusus yang mensekresi
saliva.
Saliva adalah cairan oral yang
kompleks dan tidak berwarna yang terdiri dari campuran sekresi dari kelenjar
besar dan kelenjar kecil (mayor dan minor) yang ada pada mukosa oral.
Fungsi saliva itu sendiri adalah:
- Melicinkan dan membasahi rongga mulut sehingga
membantu proses mengunyah dan menelan makanan
- Membasahi dan melembutkan makanan menjadi bahan
setengah cair ataupun cair sehingga mudah ditelan dan dirasakan
- Membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan
dan kuman
- Mempunyai aktivitas antibacterial dan sistem
buffer
- Membantu proses pencernaan makanan melalui
aktivitas enzim ptyalin (amilase ludah) dan lipase ludah
- Berpartisipasi dalam proses pembekuan dan
penyembuhan luka karena terdapat faktor pembekuan darah dan epidermal
growth factor pada saliva
- Jumlah sekresi air ludah dapat dipakai sebagai
ukuran tentang keseimbangan air dalam tubuh.
- Membantu dalam berbicara (pelumasan pada pipi dan
lidah)
KLASIFIKASI GLANDULA SALIVA
Klasifikasi Glandula Saliva berdasarkan ukuran :
- Glandula saliva Mayor
- Glandula saliva Minor
Glandula saliva mayor terdiri dari :
1. Glandula
parotis
Merupakan
glandula terbesar yang letaknya pada permukaan otot masseter yang berada di
belakang ramus mandibula, di anterior dan inferior telinga. Glandula parotis
menghasilkan hanya 25% dari volume total saliva yang sebagian besar merupakan
cairan serus.
2. Glandula
submandibula
Merupakan
glandula terbesar kedua setelah glandula parotis. Letaknya di bagian medial
sudut bawah mandibula. Glandula submandibula menghasilkan 60- 65% dari volume
total saliva di rongga mulut, yang merupakan campuran cairan serus dan mukus.
3. Glandula
sublingual
Glandula
yang letaknya pada fossa sublingual, yaitu dasar mulut bagian anterior.
Merupakan glandula saliva mayor yang terkecil yang menghasilkan 10% dari volume
total saliva di rongga mulut dimana sekresinya didominasi oleh cairan mukus.
Glandula saliva minor terdiri dari:
- Glandula Labial Superior inferior
- Glandula Bucalis Minor
- Glandula Palatina
- Glandula Lingualis anterior
- Glandula Lingualis Posterior
- Glandula Glossopalatinus
Kelainan
kelenjar saliva adalah suatu keadaan abnormal dalam kelenjar saliva yang dapat
merujuk pada kondisi yang menyebabkanpembengkakan atau nyeri.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Definisi
Kelainan Kelenjar Saliva
Kelainan kelenjar saliva adalah suatu keadaan
abnormal dalam kelenjar saliva yang dapat merujuk pada kondisi yang menyebabkan
pembengkakan atau nyeri. Kelainan kelenjar saliva ini dibagi menjadi dua, yaitu
kelainan non neoplastik dan neoplastik.
Tumor non neoplastik
adalah segala bentuk perubahan atau penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan
sel sehingga tidak mencapai pertumbuhan dan perkembangan normal atau menimbulkan
suatu pertumbuhan patologis pada fase tertentu dan kemudian berhenti. Kelainan
non neoplastik ini dapat disebabkan oleh gangguan genetik (congenital), trauma,
atau infeksi yang mengganggu cell circle. Jika kelainan pertumbuhan dan
perkembangan tersebut terus-menerus dan
tak terkontrol, maka digolongkan sebagai suatu kelainan pertumbuhan dan
perkembangan sel yang berupa neoplastik sebenarnya (true neoplasm).
Neoplasia adalah
pembentukan jaringan baru yang abnormal dan tidak dapat dikontrol oleh tubuh.
Ada dua tipe neoplasia, yaitu neoplasia jinak (benign neoplasm) dan neoplasia
ganas (malignant neoplasm). Neoplasia jinak adalah pertumbuhan jaringan baru
yang lambat, ekspansif, terlokalisir, berkapsul, dan tidak bermetastasis (anak
sebar). Neoplasia ganas adalah tumor yang tumbuhnya cepat, infiltrasi ke
jaringan sekitarnya, dan dapat menyebar ke organ-organ lain/metastase.
3.2 Macam-macam
Kelainan Kelenjar Saliva beserta Etiologi, Gambaran Klinis, Gambaran HPA, dan
Gambaran Radiologi yang dibagi berdasarkan Neoplastik dan Non Neoplastik
3.2.1 Kelainan
Kelenjar Saliva Neoplastik
a) Pleomorfic
adenoma
Gejala Klinis : tumor jinak yang berasal dari
kelenjar saliva yang dapat tumbuh dari kelenjar saliva minor maupun mayor.
Tumor ini tumbuh lambat, asymtomatis, dapat digerakkan dan konsistensi kenyal
dengan permukaan yang halus. Tumor dapat membesar mendesak jaringan
sekitarnya.
HPA : pleomorfic adenoma menunjukkan campuran
proliferasi jaringan epithel dalam daerah jaringan myxoid, mucoid, atau
chondroid. Tumor sebagian mempunyai kapsul fibrous.
b) Monomorphic
adenoma
Tumor-tumor
monomorfik tersusun reguler berbentuk grandular, dengan tidak adanya dominasi
komponen jaringan mesenkim. Tumor yang termasuk ke dalam adenoma monomorfik
adalah Warthin tumor (papillary cystadenoma lymphomatosum), basal sel adenoma,
oxyphilic adenoma (oncocytoma), canalicular adenoma, myoepthelioma, dan clear cell
adenoma.
-
Whartin’s tumor
Gejala klinis
: tumor jinak kelenjar saliva yang paling umum dijumpai diantara tumor-tumor
monomorfik lainnya dan sering terjadi pada kelenjar parotis. Penderita laki-laki lebih banyak daripada
penderita perempuan.
HPA : berbentuk
glandula yang dipisahkan celah-celah yang cenderung dan membentuk proyeksi
papila-papila yang tertanam didalam jaringan limfoid yang padat. Rongga kistik
dilapisi oleh sel epitel yang eosinopilik (onkosit) 2 lapis (bilayer).
-
Onkositoma
Gejala klinis : kelenjar parotid adalah tempat yang
paling sering terjadinya onkositoma diikuti dengan kelenjar submandibula.
Tumornya muncul sebagai massa yang tumbuh lambat, tidak nyeri, yang sering
keras dan kadang-kadang kistik. Pembengkakan kelenjar parotis kadang-kadang
difus, dapat terjadi bilateral ataupun multiple.
HPA : mengandung sel-sel epitelial berbentuk polyhedron yang besar (onkosit), yang penuh
dengan sitoplasma eosinofilik bergranular dan mitokondria.
c) Mukoepidermoid
karsinoma
Gejala klinis
: umumnya melibatkan kelenjar ludah mayor, yaitu kelenjar ludah parotis.
Sebagian kecil dapat timbul dari kelenjar ludah minor. Tumor ini sering terjadi
pada orang dewasa, penderita perempuan lebih banyak daripada penderita
laki-laki. Tumor ini tumbuhnya lambat, berasal dari sel epitelium duktus dan
berpotensi metastasis.
HPA : secara
mikroskopis dibedakan atas : low grade, intermediate grade, dan high grade.
Menunjukkan campuran sel kelenjar penghasil mukus dan del epitel intermediate.
Ketiga sel-sel ini berasal dari sel duktus yang berpotensi mengalami
metaplasia. Low grade merupakan massa yang kenyal dan mengandung solid
proliferasi sel tumor, pembentukan struktur seperti duktus dan adanya cystic
space yang terdiri dari epidermoid sel dan sel intermediate. Tipe intermediate ditandai massa tumor yang lebih solid sebagian besar
sel epidermoid dan sel intermediate dengan sedikit memproduksi kelenjar mukus.
Tipe poorly diferentiated ditandai dengan populasi sel-sel pleomorfik dan tidak
terlihat sel-sel berdiferensiasi.
d) Karsinoma
sel asinar
Gejala klinis : tumor ganas kelenjar parotis yang
jarang terjadi. Kadang ditemukan pada kelenjar saliva lainnya. Umumnya pada
lelaki muda antara umur 20-30 tahun. Tumor ini berkapsul, merupakan suatu
proliferasi sel-sel yang membentuk massa bulat, diameter < 3 cm.
HPA : berisi sel-sel asinar yang seragam dengan
nukleus kecil berada di sentral dengan sitoplasma yang basofilik dan padat
mirip sel-sel sekretoris (asinar) dari kelenjar saliva normal. Tumor ini dapat
bermetastasis ke limfonodi regional.
e) Tumor
Sel Granular
Tumor
sel granula adalah benigna dengan potensi menjadi maligna dan sering
berhubungan dengan kelenjar liur minor. Tumor ini cenderung terjadi pada kavum
oral dan sangat tersirkumsrip, mudah digerakkan dan tidak nyeri. Aspirasi jarum
halus dapat menunjukkan proses neoplastik.
Hpa
Pemeriksaan
histopatologis memberikan gambaran selsel poligonal dengan sitoplasma granular
eosinofilik yang banyak dan nukleus-nukleus pleomorfik ringan yang berbentuk
bulat hingga oval. Karena ia berpotensi ke arah maligna, kombinasi dari eksisi
lokal yang luas dan observasi yang ketat merupakan terapi yang paling berkesan.
f)
Hemangioma
Walaupun
bukan berasal dari glandular, hemangioma adalah signifikan sebagai diagnosis
banding massa parotid terutama pada anak-anak. Tumor jinak ini berasal dari sel
endotelial dan merupakan kurang dari 5% dari semua tumor kelenjar liur. Pada
anak anak, hemangioma kapiler adalah tumor kelenjar liur yang paling sering
yaitu lebih dari 90% tumor kelenjar liur terjadi pada anak-anak di bawah usia 1
tahun. Tumor ini mengenai perempuan lebih banyak dari laki-laki dan sering
terdapat pada kelenjar parotid.
Klinis
Hemangioma
biasanya muncul pada waktu lahir sebagai massa unilateral dan tidak nyeri.
Pertumbuhannya proliferatif dan cepat yang sering menyebabkan deformitas
kosmetik. Aspirasi jarum halus biasanya tidak penting. CT scan, MRI atau
keduanya dapat menunjukkan gambaran vaskularisasi pada lesi. Diagnosis banding
termasuk kelainan proliferatif vaskular seperti limfangioma dan hemangioma
kavernosa.
3.2.2 Kelainan
Kelenjar Saliva Non Neoplastik
a) Mukokel
Definisi
Mucocele adalah Lesi pada mukosa
(jaringan lunak) mulut yang diakibatkan oleh pecahnya saluran kelenjar liur dan
keluarnya mucin ke jaringan lunak di sekitarnya. Mucocele bukan kista, karena
tidak dibatasi oleh sel epitel. Mucocele dapat terjadi pada bagian mukosa
bukal, anterior lidah, dan dasar mulut. Mucocele terjadi karena pada saat
air liur kita dialirkan dari kelenjar air liur ke dalam mulut melalui suatu
saluran kecil yang disebut duktus. Terkadang bisa terjadi ujung duktus
tersumbat atau karena trauma misalnya bibir sering tergigit secara tidak
sengaja, sehingga air liur menjadi tertahan tidak dapat mengalir keluar dan
menyebabkan pembengkakan (mucocele). Mucocele juga dapat terjadi jika kelenjar
ludah terluka. Manusia memiliki banyak kelenjar ludah dalam mulut yang
menghasilkan ludah. Ludah tesebut mengandung air, biopsy, dan enzim. Ludah
dikeluarkan dari kelenjar ludah melalui saluran kecil yang disebut duct
(pembuluh).
Terkadang salah satu saluran ini
terpotong. Ludah kemudian mengumpul pada titik yang terpotong itu dan
menyebabkan pembengkakan, atau mucocele. Pada umumnya mucocele didapati di
bagian dalam bibir bawah. Namun dapat juga ditemukan di bagian lain dalam
mulut, termasuk langit-langit dan dasar mulut. Akan tetapi jarang didapati di
atas lidah. Pembengkakan dapat juga terjadi jika saluran ludah (duct) tersumbat
dan ludah mengumpul di dalam saluran.
Etiologi
Umumnya disebabkan oleh trauma
4iops, misalnya bibir yang sering tergigit pada saat sedang makan, atau pukulan
di wajah. Dapat juga disebabkan karena adanya penyumbatan pada duktus
(saluran) kelenjar liur minor. Mucocele Juga dapat disebabkan oleh obat-obatan
yang mempunyai efek mengentalkan ludah.
Gambaran
Klinis
1. Batas tegas
2. Konsistensi
lunak
3. Warna
transluscent
4. Ukuran
biasanya kecil
5. Tidak ada
keluhan sakit
6. Kadang-kadang
pecah, hilang tapi tidak lama kemudian akan timbul lagi
b) Ranula
Etiologi Dan
Patogenesis
Ranula terbentuk sebagai akibat
normal melalui duktus ekskretorius major yang membesar atau terputus atau
terjadinya rupture dari saluran kelenjar terhalangnya aliran liur yang
sublingual (duktus Bartholin) atau kelenjar submandibuler (duktus Wharton),
sehingga melalui rupture ini air liur keluar menempati jaringan disekitar
saluran tersebut. Selain terhalangnya aliranliur, ranula bisa juga terjadi
karena trauma dan peradangan. Ranulamirip dengan mukokel tetapi ukurannya lebih
besar.
Bila letaknya didasar mulut, jenis
ranula ini disebut ranulaSuperfisialis. Bila kista menerobos dibawah otot
milohiodeusdan menimbulkan pembengkakan submandibular, ranula jenisini disebut
ranula Dissecting atau Plunging.
Gambaran
Klinis
Bentuk dan rupa kista ini seperti
perut kodok yang menggelembung keluar (Rana=Kodok)
·
Dinding sangat tipis dan mengkilap
·
Warna translucent
·
Kebiru-biruan
·
Palpasi ada fluktuasi
·
Tumbuh lambat dan expansif
c) Sialadenitis
Sialadenitis
adalah infeksi bakteri dari glandula salivatorius, biasanya disebabkan oleh
batu yang menghalangi atau hyposecretion kelenjar. Proses inflamasi yang
melibatkan kelenjar ludah disebabkan oleh banyak faktor etiologi. Proses ini
dapat bersifat akut dan dapat menyebabkan pembentukan abses terutama sebagai
akibat infeksi bakteri. Keterlibatannya dapat bersifat unilateral atau
bilateral seperti pada infeksi virus. Sedangkan Sialadenitis kronis nonspesifik
merupakan akibat dari obstruksi duktus karena sialolithiasis atau radiasi
eksternal atau mungkin spesifik,yang disebabkan dari berbagai agen
menular dan gangguan imunologi.
Etiologi
Sialadenitis
biasanya terjadi setelah obstruksi hyposecretion atau saluran tetapi dapat
berkembang tanpa penyebab yang jelas. Terdapat tiga kelenjar utama pada rongga
mulut,diantaranya adalah kelenjar parotis, submandibular, dan sublingual.
Sialadenitis paling sering terjadi pada kelenjar parotis dan biasanya terjadi
pada pasien dengan umur 50-an sampai 60-an, pada pasien sakit kronis dengan
xerostomia, pasien dengan sindrom Sjögren, dan pada mereka yang melakukan
terapi radiasi pada rongga mulut. Remaja dan dewasa muda dengan anoreksia juga
rentan terhadap gangguan ini. Organisme yang merupakan penyebab paling umum
pada penyakit ini adalah Staphylococcus aureus; organisme lain meliputi
Streptococcus, koli, dan berbagai bakteri anaerob.
Gejala Umum
meliputi
gumpalan lembut yang nyeri di pipi atau di bawah dagu, terdapat
pembuangan pus dari glandula ke bawah mulut dan dalam kasus yang parah,
demam, menggigil dan malaise (bentuk umum rasa sakit).
d) Sjorgen syndrome
Sjorgen
syndrome merupakan suatupenyakit auto imun yang ditandai oleh produksi abnormal
dari extra antibodi dalam darah yang diarahkan terhadap berbagai jaringan
tubuh. Ini merupakan suatu penyakit autoimun peradangan pada kelenjar saliva
yang dapat menyebabkan mulut kering dan bibir kering
Gejala
Gejala dari sjorgen syndrome antara
lain; mulut kering, kesulitan menelan, kerusakan gigi, penyakit gingiva, mulut
luka dan pembengkakan, dan infeksi pada kelenjar parotis bagian dalam pipi.
Etiologi
Penyebab sjorgen syndrome tidak
diketahui, ada dukungan ilmiah yang menyatakan bahwa penyakit ini adalah
penyakit turunan atau adanya faktor genetik yang dapat memicu terjadinya
sjorgen syndrome, karena penyakit ini kadang-kadang penyakit ditemukan pada anggota
keluarga lainnya. Hal ini juga ditemukan lebih umum pada orang yang memiliki
penyakit autoimun lainnya seperti lupus eritematous sistemik, autoimun penyakit
tiroid, diabetes, dll.
e) Sialorrhea
Sialorrhea
adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan menetesnya air liur atau
sekresi saliva yang berlebihan.
Etiologi
Penyebab dari sialorrhea dapat
bevariasi berupa gejala dan gangguan neurologis, infeksi atau keracunan logam
berat dan insektisida serta efek samping dari obat-obatan tertentu.
f) Sialosis
Sialosis didefinisikan sebagai pembengkakan non-inflamasi dan
non-neoplastik dari kelenjar saliva. Paling sering mengenai kelenjar parotis
biasanya bilateral, tapi kadang-kadang juga mengenai kelenjar submandibularis
dan sublingualis.
Etiologi
Penyebab pembengkakan belum diketahui dengan jelas, walaupun
dihubungkan dengan sejumlah penyakit sistemik, terutama diabetes melitus,
akromegali, alkoholisme, malnutrisi, bulimia nervosa dan anoreksia nervosa.
Sialosis Juga digambarkan sebagai efek samping sejumlah obat-obatan.
g) Sialometaplasia
necrotic
Lesi pada
kelenjar saliva yang bersifat nonneoplastik, peradangan yang dapat sembuh
dengan sendirinya, terutama mengenai kelenjar saliva yang terdapat pada
palatum. Lebih sering terjadi pada penderita laki-laki daripada perempuan.
Gejala
klinis
-
Muncul secara
spontan
-
Terdapat lesi
dan pembengkakan
-
Ukuran
maksimal 1-2 cm
-
Lesi bilateral
atau unilateral
-
Burning
sensation (sensasi terbakar)
Hpa
Necrosis lobuler pada kelenjar saliva, metaplasia
squamosa pada asinus dan saluran-saluran,hyperplasia pseudoepitelomatosa dan
jaringan granulasi yang nyata serta inflamasi.
Etiologi
Tidak diketahui secara pasti namun berhubungan
dengan trauma dan terapi radiasi.
h) Sialolitiasis
Definisi
Kira-kira 80-90% dari
batu kelenjar saliva terjadi di kelenjar submandibular dan hanya 10-20%
terdapat di kelenjar parotid, dan hanya persentase yang sangat kecil terdapat
pada kelenjar sublingual dan kelenjar liur minor. Sialolitiasis adalah penyebab
yang paling sering pada penyakit kelenjar liur dan dapat terjadi pada semua
usia dengan predileksi tinggi pada laki-laki. Faktor resiko terjadinya
obstruksi batu kelenjar liur termasuk sakit yang lama disertai dehidrasi.
Kadang disertai juga dengan gout, diabetes dan hipertensi.
Patogenesis
Saliva yang normal
mengandung banyak hidroksiapatit, bahan utama pada batu kelenjar liur. Agregasi
dari debris yang termineralisasi dalam duktus akan membentuk nidus, lalu
menyebabkan pembentukan kalkuli, statis saliva dan kemudian obstruksi. Kelenjar
submandibular lebih rentan terhadap pembentukan kalkuli dibandingkan kelenjar
parotid karena duktusnya yang lebih panjang, kandungan musin dan alkali dalam saliva
yang lebih tinggi dan konsentrasi kalsium dan fosfat yang tinggi. Kalkuli submandibular
secara primer mengandung kalsium fosfat dan hidroksiapatit. Disebabkan kalkuli
ini mengandung kandungan kalsium yang tinggi, hampir kesemuanya adalah radiopak
dan dapat dilihat pada foto Rontgen. Kalkuli parotid adalah lebih jarang radiopak.
Kira-kira 75%, satu batu berjaya ditemukan pada kelenjar tersebut. Jika obstruksi
tidak ditangani, maka akan berlanjut terjadinya inflamasi lokal, fibrosis dan atrofi
asinar.
Gejala dan Tanda
Pembengkakan berulang
dan nyeri pada kelenjar submandibular dengan eksaserbasi apabila makan adalah
gejala yang sering muncul pada batu kelenjar liur. Obstruksi yang lama dapat
menyebabkan terjadinya infeksi akut dengan nyeri yang semakin berat dan eritema
pada kelenjar tersebut. Pasien juga mengeluhkan adanya riwayat xerostomia dan
kadang-kadang terasa ada benda asing seperti pasir di rongga mulut. Pemeriksaan
fisik sangat penting karena batu sering dapat dipalpasi pada dua pertiga
anterior kelenjar submandibular. Selain itu, indurasi pada dasar mulut biasanya
dapat terlihat. Batu yang lokasinya di dalam badan kelenjar lebih sukar untuk
di palpasi.
Gambaran Radiologis
Foto Rontgen dengan
posisi lateral dan oklusal dapat menunjukkan batu radiopak tetapi posisi ini
tidak selalu dapat diandalkan. Posisi intraoral mungkin lebih membantu. Sialografi
adalah metode pencitraan yang paling akurat untuk mendeteksi kalkuli. Sialografi
dapat dikombinasi dengan CT scan atau MRI, terutama CT scan sangat sensitive terhadap
garam kalsium. Ultrasound ternyata tidak dapat membantu.
i)
Xerostomia
Banyak pasien mengeluh mulutnya kering Walaupun kelenjar saliva mereka
berfungsi dengan normal. Xerostomia sejati dapat disebabkan oleh penyakit
kelenjar saliva primer atau manifestasi sekunder dari suatu kelainan sistemik
atau terapi obat. Penyakit kelenjar saliva primer meliputi sindrom Sjorgen,
kerusakan pascaradiasi atau anomali pertumbuhan. Penyebab sistemik sekunder
dari xerostomia meliputi kegelisahan kronis, dehiderasi atau terapi
obat.
Gambaran Klinis
Konfirmasi adanya penurunan dalam produksi
saliva didasarkan atas pemeriksaan klinis dan pengukuran kecepatan aliran
saliva.
BAB III
KESIMPULAN
1. Kelainan kelenjar saliva adalah suatu keadaan
abnormal dalam kelenjar saliva yang dapat merujuk pada kondisi yang menyebabkan
pembengkakan atau nyeri. Kelainan kelenjar saliva ini dibagi menjadi dua, yaitu
kelainan non neoplastik dan neoplastik.
2. Tumor non
neoplastik adalah segala bentuk perubahan atau penyimpangan pertumbuhan dan
perkembangan sel sehingga tidak mencapai pertumbuhan dan perkembangan normal
atau menimbulkan suatu pertumbuhan patologis pada fase tertentu dan kemudian
berhenti. Seperti : mukokel, ranula, sialadenitis, sialolithiasis, sialosis,
sialorrhea, xerostomia dll.
3. Neoplasia
adalah pembentukan jaringan baru yang abnormal dan tidak dapat dikontrol oleh
tubuh. Ada dua tipe neoplasia, yaitu neoplasia jinak (benign neoplasm) dan
neoplasia ganas (malignant neoplasm). Seperti : adenoma pleomorfik, adenoma
monomorfik, mukoepidermoid karsinoma, tumor sel granular, dll.
DAFTAR PUSTAKA
Benign
diseases of the salivary glands, Section V, Salivary Glands, Fidelia Yuan-Shin Butt,
Current Diagnosis and Treatment, Otolaryngology Head and Neck Surgery, 2nd
Edition. Anil K.L, Lange Mc Graw-Hill. 2008. New York.
Pindborg,
J.J.. 2009. Altas Penyakit Mukosa Mulut. Tangerang:
Binarupa Aksara.
Syafriadi,Mei.
2008. Patologic Mulut Tumor Neoplastik
dan NonNeoplastik Rongga Mulut. Yogyakarta: ANDI.